Mungkin kehidupanku selama 21 tahun ini tidak semenarik anak-anak pejuang yang bisa memotivasi orang lain, tidak juga se nelangsa banyak anak-anak lain yang harus banting tulang menghidupin keluarga, tidak juga glamor kaya raya ala richie rich yang bisa membeli apa saja. Aku mungkin seperti anak-anak biasa yang tumbuh remaja dengan sedikit cerita, yang pada suatu saatnya nanti hanya akan menjadi kenangan manis penghias hari saat akan terlelap.
Kisahku dimulai saat malam jumat kliwon, tepatnya ba'da magrib disebuah rumah sakit dikota tegal, rumah sakit Kardinah yang kata orang sih dulu rumah sakit mahal, tapi sekarang dengan banyaknya rumah sakit yang dibangun di kotaku, ia hanya menghiasi salah satunya. Lahir caesar atau dengan perut dibelek, aku lupa karena apa aku harus lahir caesar, yang jelas ibuku harus mempertaruhkan nyawanya ditangan pisau bedah dokter untuk bisa menjadikan aku hidup.
Lahirlah seorang bajingan malam itu!
Seorang bajingan yang mencoba mengingat kembali apa yang sudah ia lalui selama 21 tahun ini. Kini ia sedang menulis diatas laptop merahnya, ditemani segelas teh hangat bu sri, siapa bu sri? ibu kosanku yang aneh, nanti akan ku ceritakan pada saatnya. Yap, bajingan yang dirumah dipanggil jantra dan disekolah arkham. Sejak kecil aku termasuk anak yang baik dan rajin menabung, bisa dilihat saat aku sering menolong abang-abang penjual kue, mainan, balon, bubur sum hingga siomay yang selalu aku beli dagangannya atau aku yang rajin menabung dengan banyak mengumpulkan poin di sekolah dari TK hingga SMA, yap begitulah aku.
Menjadi anak pertama tidaklah terlalu buruk, dan menjadi anak dari pasangan orang tuaku juga merupakan hal yang tidak terlalu buruk. Hingga kini pun, aku masih bertanya tanya apa yang bisa saya lakukan sebagai anak?
Menjadi hidup 21 tahun yang lalu, membuatku tahu bahwa ada sesuatu ya harus kulakukan dalam hidup ini, yap melakukan sesuatu. Aku tidak terlalu ingat bagaimana kehidupanku saat masih bayi, kemungkinan seperti bayi-bayi lain yang digendong dan diberi ASI Eksklusif. Awal kehidupanku aku ingat saat menginjak taman kanak-kanak, dengan satu orang baby sitter bernama mba Barokah dan seorang pembantu dirumah bi Inem membuatku seperti anak seorang mafia besar yang kemana-mana selalu diantar pengawal, meskipun hanya seorang mba Barokah, gadis lugu yang hitam manis cenderung asem karena bau keteknya yang ngga make deodorant dan harus mengayuh sepeda untuk mengantarkanku ke Taman Kanak-Kanak.
Menjadi salah satu dari anak mafia besar, bonceng sepeda mini ditemani pengawal yang bau asem membuatku terlihat aneh, bocah dekil dengan seabrek peralatan dari mulai air minum galon, tas bergambar robot, seragam birunya, topi, jam tangan robot hingga tangan yang sudah habis memegang bekal dan kue yang dimakan saat perjalanan. Yap, begitulah anak mafia ini menjalani pagi, menyusuri jalan kecil tegal, melihat kendaraan yang jarang ada, jalanan tegal masih bersih dan sepi ooh indahnya kala itu.
Suatu hari, ditengah teriknya mentari yang tak bersahabat karena memancarkan sinarnya sekuat tenaga. Aku bilang ke pengawalku, mba Barokah maksudku "Mba, beli es degan mbaaaa, ayo mbaaa aku hauus, hauuus" Rengek anak kampret yang sekarang tambah kampret. Dengan senyuman manis ala gula jawanya, mba Barokah hanya bisa mengangguk tanda mengalah.
"Beli es degan di depan pasar yah" Kata mba Barokah sambil terus mengayuh sepeda mininya.
"Oke, kapten!" Sambil berpegangan pada jok sepeda yang kurasakan semakin cepat kayuhannya.
"Kak, es degannya habis. Bikin sirop dirumah aja yah, nanti sekalian mbak juga bikin mie instan"
Dengan muka ala setan kecil, aku hanya bisa mengangguk pasrah menerima keadaan. Sesampainya dirumah, mba Barokah langsung menuju dapur dan menepati janjinya.
Dan aku? Aku langsung menuju ruang televisi, menonton serial masak-masak dari ibu berambut pendek yang dulu terkenal di Indosiar. Sirop jadi, mie instan jadi dan kita berdua asik menonton acara masak yang aku sendiri ngga terlalu yakin itu beneran ada atau engga masakan seperti itu. Yap, begitulah keseharianku, saat aku menjadi hidup.
Dobolan Kuro
Bangsat yang mencoba bercerita, bahwa hidup tidak sebajingan yang mereka pikiran. Jantra
12 Agustus 2015
06 Maret 2015
Menceritakan, bagian dari sebuah cerita #bagian1
"Pelaut handal tidak dilahirkan di laut yang tenang, tetapi laut yang tenang melahirkan penulis yang handal". Menjadi seorang penulis bukanlah cita-citaku, ini hanya sebagian kecil dari bagian kecil lainnya dalam hidupku yang aku namakan, impian.
Aku dilahirkan di keluarga yang terbilang sederhana, tidak terlalu banyak kisah yang aku alami, bisa dibilang keluarga figuran dalam film, yang kisahnya datar-datar saja, hidup bahagia dari awal hingga akhir film. Tetapi dari keluarga ini, aku belajar banyak hal. Bahwa bukan bagaimana kita mengalami dan mendapatkan sebuah kisah, tetapi bagaimana kita mencarinya dan menjadi bagian dari kisah itu. Dari sinilah aku tertantang untuk mencari kisah itu.
Taman kanak-kanak 2 tahun, Sekolah Dasar 7 tahun dan Sekolah Menengah Pertama 3 tahun rasanya cukup untuk memenuhi 16 tahun hidup bersama keluarga kecil yang tidak pernah sepi dalam kesehariannya. Aku tinggal bersama nenek saat SMA, 3 tahun yang serasa cepat karena dari kecil hingga sekarang, menginap di rumah nenek adalah agenda wajib di setiap liburan sekolah. 3 tahun tinggal bersama nenek banyak membuatku tahu, bahwa keluarga adalah satu-satunya hal yang membuatmu masih memiliki kenangan. Kini, sudah memasuki tahun ke 3 dalam masa study-ku menjadi seorang sarjana. Iya, sarjana yang kata mereka di kampungku adalah orang hebat dengan kepintaran, kedisiplinan dengan bakat istimewa atau bisa dibilang, hanya orang - orang tertentu yang bisa menjadi seorang sarjana.
Kini, aku mencoba menceritakan bagian-bagian dari kisah yang pernah aku temui.
Mohammad Arkham Chadiar Jantra, menjadi nama yang di sebut ayah saat orang-orang bertanya siapa nama dari anak kecil yang tidak pernah berhenti bertanya itu. Nama yang kini membawaku pada kenyataan bahwa kasih sayang (arti nama Arkham=Sayang #red) adalah salah satu bagian dalam hal yang bernama hidup. . .
Langganan:
Komentar (Atom)